Pelatihan Asuhan Gizi dan Dietetik (PAGD) 8 – Lombok, Nusa Tenggara Barat

Asosiasi Dietisen Indonesia (AsDI) menggelar Pelatihan Asuhan Gizi dan Dietetik (PAGD) Nasional ke-8 dalam upaya meningkatkan kompetensi dan pengembangan Nutrisionis atau ahli gizi dan Dietisen Indonesia. Pelatihan yang digelar di Hotel Lombok Raya selama tiga hari mulai tanggal 18 - 20 Juli 2024 ini menghadirkan narasumber asal dalam dan luar negeri, yang dihadiri oleh 665 dari 32 provinsi di Indonesia. Kali ini AsDI Jakarta mengikutsertakan sebanyak 87 orang perserta. Sedangkan di PAGD 7 sebanyak 70 orang, ada peningkatan dari PAGD 7 sebanyak 17 orang.

Asosiasi Dietisen Indonesia (AsDI) menggelar Pelatihan Asuhan Gizi dan Dietetik (PAGD) Nasional ke-8 dalam upaya meningkatkan kompetensi dan pengembangan Nutrisionis atau ahli gizi dan Dietisen Indonesia. Pelatihan yang digelar di Hotel Lombok Raya selama tiga hari mulai tanggal 18-20 Juli 2024 ini menghadirkan narasumber asal Malaysia dan Nasional, yang dihadiri oleh 665 dari 32 provinsi di Indonesia.

Kali ini AsDI Jakarta mengikutsertakan sebanyak 87 orang perserta, yang tersebar di 10 kelas workshop yaitu: Gagal Ginjal Kronik, Diabetes Melitus dengan Komplikasi,  Berbagai Kasus Keganasan, Penyakit Kritis/ICU, NICU/PICU, Penyakit Pembuluh Darah, Bedah Digestive, Penerapan Sistem Keamanan Pangan di RS, Manajemen Instalasi Gizi (Basic), dan Manajemen Instalasi Gizi (Advance).


Ketua Panitia pada workshop PAGD, Astri Purwanti, SST., M.Gz, RD. mengatakan bahwa tujuan utama dalam pelatihan ini ialah untuk pengembangan kompetensi tenaga gizi secara komprehensif dalam melakukan pelayanan gizi, terutama mengenai diet dan nutrisi yang berbasis pada pasien.

“Kegiatan ini merupakan indeks pelatihan workshop secara nasional, penyelenggara adalah AsDI dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan Nutritionist dalam melakukan pelayanan gizi, terutama dalam bidang Dietetika,” ujarnya dalam sambutannya, Kamis, 18 Juli 2024. Sementara Ketua DPP AsDI, Fitri Hudayani, SST., S.Gz., M.KM. mengatakan bahwa pentingnya memberikan asupan gizi berkualitas dalam mengatasi permasalahan gizi masyarakat. Dalam memberikan asupan gizi berkualitas, menurutnya tidak hanya bisa dilakukan oleh fasilitas kesehatan saja, tetapi perlu dilakukan oleh setiap kalangan masyarakat.

“Diharapkan peran-peran kita semua, tidak hanya rumah sakit saja. Tetapi bagaimana kita bisa berupaya untuk mengintegrasikan pelayanan kita di layanan primer, di Puskesmas dan juga rumah sakit,” ujarnya.

Dengan adanya workshop gizi ini, ia berharap supaya para ahli gizi dan ahli diet khususnya peserta AsDi bisa memberikan solusi yang cepat dan tepat kepada seluruh pasien. Sehingga pasca keluar dari rumah sakit, pasien tidak kembali mengalamai malnutrisi. “Integrasi pelayanan gizi itu sangat dibutuhkan,” lanjutnya.

Sementara itu, Ketua DPP Persagi yang diwakili oleh Wakil Ketua DPP Persagi, Pudjo Hartono, MPS. mengatakan bahwa keseimbangan gizi merupakan salah satu langkah penunjang perkembangan manusia. Pun secara nasional, pemerintah pusat memiliki target untuk menekan angka stunting di Indonesia. Sehingga, dengan adanya workshop gizi ini, diharapkan mampu membantu menyelesaikan permasalahan gizi yang ada di Indonesia.

“Kekurangan gizi berdampak serius sekali pada perkembangan anak sehingga meningkatkan risiko penyakit tidak menular pada usia dewasa. Seperti penyakit diabetes, hipertensi perlu menjadi perhatian khusus,” ujarnya dalam sambutannya.

Ia melanjutkan, banyak masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami kekurangan gizi. Selain stunting, obesitas menjadi perhatian ahli gizi karena dalam kurun waktu 10 tahun. Peningkatan obesitas sangat pesat yang mulanya 10,3 persen di tahun 2007, menjadi 21,8 persen di tahun 2018.

“Obesitas menjadi faktor risiko penyakit tidak menular, seperti Diabetes Melitus, Kanker, Hipertensi, dan penyakit metabolic maupun non metabolic,” lanjutnya. Obesitas menjadi salah satu penyumbang banyak kematian di Indonesia. Sehingga dalam upaya menekan angka obesitas, tenaga gizi bertanggung jawab dalam melakukan sosialisasi terkait bahaya obesitas ini.

Sama halnya dengan pendapat tiga ahli gizi di atas, Kepala Dinas Kesehatan NTB, Dr. H. Lalu Hamzi Fikri mengatakan bahwa saat ini, NTB sedang berupaya dalam meningkatkan penerapan gizi seimbang bagi masyarakat NTB.

Menurutnya, peran ahli gizi sangat strategis dalam menurunkan angka stunting, yang mana menekan angka stunting menjadi fokus utama NTB dan nasional. “Ahli gizi sangat strategis perannya dalan sisi edukasi penekan angka stunting,” ujarnya.

Pun yang menjadi permasalahan di NTB saat ini ialah masih banyak masyarakat khususnya anak-anak yang wasting atau anak yang berat badannya menurun jauh di bawah standar kurva pertumbuhan (underweight). Fikri berharap dengan adanya workshop yang dilaksanakan oleh AsDI ini mampu mengatasi permasalahan underweight khususnya di NTB.